
E Sport Trending – Moonton Indonesia sudah mendorong kehadiran pemain ladies di turnamen resminya. Tapi, sampai saat ini belum ada yang berhasil masuk MPL?
Sebelumnya, sempat ada nama seperti Vior yang masuk ke dalam roster ONIC di MPL ID. Namun pada akhirnya, ia tidak pernah benar-benar bermain dalam pertandingan resmi.
Integrasi tim ladies seperti Team Vitality, Falcons Vega, dan ONIC Pertiwi ke dalam turnamen MDL sudah mulai berjalan. Namun, sejauh ini mereka masih belum mampu mengalahkan tim-tim laki-laki.
Apa sebenarnya yang menjadi penyebab kondisi ini? Apakah mungkin Indonesia suatu hari memiliki sosok seperti OhMyV33nus di skena MPL ID? Analis Bigetron Esports, BTR Tazy, membagikan pandangannya mengenai hal ini.
Soal Mindset
Dalam sesi wawancara, analis Bigetron Esports, BTR Tazy, menjelaskan bahwa level permainan seorang player ladies sangat bergantung pada mindset serta tujuan mereka dalam meniti karier profesional.
“Ini mungkin beda-beda ya, tergantung perspektif masing-masing orang. Kita nggak pernah benar-benar tahu apa tujuan tim ladies masuk ke scene MPL atau MDL. Apakah mereka datang dengan mindset untuk belajar, atau memang dengan niat untuk bersaing dan melawan? Sebenarnya, kita nggak pernah tahu” kata BTR Tazy pada sesi wawancara.
Menurut BTR Tazy, jika seorang player ladies hanya memiliki tujuan untuk sekedar belajar di level yang lebih tinggi, maka akan muncul gap yang jelas di bandingkan dengan tim laki-laki. Hal ini terjadi karena player tersebut tidak memiliki ambisi untuk benar-benar mengejar atau menyaingi level permainan para pemain laki-laki.
“Menurut saya, perbedaannya ada di kepercayaan diri, dan sangat bergantung pada tujuan masing-masing. Kalau tim yang seluruh anggotanya pria, tujuannya umumnya sudah pasti: ‘Saya pengen masuk MPL’,” tambah BTR Tazy.
Support Diri Sendiri
Tazy menambahkan, jika seorang player ladies ingin menyamai level pro player laki-laki, dorongan itu harus datang dari diri mereka sendiri. Begitu dorongan tersebut ada, maka langkah-langkah untuk mencapai level tertinggi pun sudah mulai ambil.
“Kalau misalnya pengen keep up ke MPL, dia mungkin sudah coba trial ke tim pria. Sebenarnya, nggak ada syarat yang membatasi trial hanya untuk pria. Sebagai contoh, Bigetron membuka open trial tanpa batasan gender, tapi hingga saat ini belum ada pemain perempuan yang mendaftar,” jelas Tazy.
Karenanya, Tazy menekankan bahwa kemampuan seorang player ladies untuk bersaing dengan player laki-laki harus datang dari kemauan dan tekad dirinya sendiri.
“Jadi kalau dari saya, tergantung masing-masing individunya. Kalau mau coba, ya coba aja secara umum, kita bersaing secara umum (dengan player laki-laki),” pungkas Tazy.